RENUNGAN WARTA JEMAAT GEREJA KRISTEN INDONESIA KARBELA/ 044-201
Minggu 31 Oktober 2010

KRISIS SEBAGAI PELUANG UNTUK BERUBAH

Pergumulan para reformator abad ke-16 dengan upaya pembaruan yang mereka lakukan merupakan hasil refleksi mereka yang mendalam atas krisis yang sedang terjadi di dalam dunia ke-Kristenan Barat. Tentu saja berbagai krisis terus-menerus terjadi sepanjang sejarah dunia dan sejarah ke-Kristenan dan bukan baru pada abad ke-16 Eropa. Namun, apakah yang membuat geger agama di Eropa abad ke-16 ini memiliki gema luar biasa kuatnya hingga hari ini?

Secara sosial bisa kita katakan, karena krisis agama waktu itu berbarengan dengan munculnya cikal-bakal negara-negara modern Eropa. Dan sejarah modern yang kita kenal masih diwarnai oleh pandangan dunia yang erosentrik.

Secara keagamaan atau teologis memang ada krisis dan usaha-usaha yang berkelanjutan untuk menjawab tantangannya. Para reformator yang besar (dan terkenal) maupun yang kecil (yang namanya hilang ditelan waktu) adalah mereka yang menyadari krisis dan menghadapinya, bukan bersembunyi atau mencari aman.

Disadur Dari Dasar Pemikiran Dian Penuntun 31 Oktober 2010

RENUNGAN WARTA JEMAAT GEREJA KRISTEN INDONESIA / 043-2010
MINGGU 4 OKTOBER 2010

KELUARGA YANG SALING MEMAAFKAN


Salah satu penyebab perpecahan dalam keluarga adalah persoalan memaafkan. Tiada maaf atas kesalahan yang terjadi. Pihak yang merasa benar (baca juga : dirugikan) tidak dapat memaafkan pihak yang telah melakukan kesalahan. Membiarkan "permasalahan" tanpa penyelesaian. Berlarut-larut !

Masih berkaitan dengan hal yang di atas. Kalaupun ada maaf, kesalahan yang telah terjadi selalu diingat-ingat. Forgive, not forget ! Kesalahan tersebut "dijaga" sehingga menunggu waktu untuk meledak. Ini juga pelan tapi pasti dapat memecah belah suatu keluarga.

Melihat kenyataan bahwa dosa umatNya amat besar, Allah berfirman : Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dam Aku tidak mengingat-ingat dosamu (Yesaya 43 : 25).

Setelah mengetahui bahwa Allah tidak mengingat-ingat dosa, seharusnya mendorong kita berani mengakui segala dosa dan minta ampun kepadaNya. Bertekad untuk hidup baru. Kehidupan tanpa beban dosa. Kedua, seharusnya mendorong kita untuk memberi maaf kepada sesama dengan limpahnya. Mudah memaafkan dengan tulus ! Ini adalah wujud dari rasa syukur kita yang telah mendapatkan pengampunanNya.

Apakah ada anggota keluarga, teman, dan sesama lainnya yang bersalah kepada Saudara? Maafkan sekarang juga ! Lalu rasakanlah sukacitanya hidup dalam pengampunan.

RENUNGAN WARTA JEMAAT GEREJA KRISTEN INDONESIA KARBELA / 042-2010
MINGGU 17 OKTOBER 2010
SALING MENDENGARKANLAH DALAM KELUARGA



Coba lihatlah ! Dalam kehidupan berkeluarga Saudara lebih banyak mendengar atau minta didengarkan ! Dalam kehidupan berkeluarga harus seimbang antara berkata-kata (minta didengarkan) dengan menyimak/memahami perkataan orang lain (mendengarkan). Saya yakin Saudara merasa agak gimana gitu, jika berhadapan dengan orang yang cerewet. Kalo gitu jangan cerewet dong.

Ketika terlalu banyak bicara, maka itu akan menguras energi dan pengetahuan yang dimiliki. Saudara akan merasa habis ! Setelah habis, maka hati-hatilah jangan sampai omong kosong. Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi (Amsal 10 : 19). Mengetahui kapan harus bicara dan mendengar mendatangkan kebaikan. Cobalah !

Untuk tidak omong kosong, maka perlu mengisi perkataan Saudara dengan hal yang bermakna. Berpengetahuan dan berguna ! Selain mendengarkan ilmu pengetahuan yang membuat pintar intelegensi, Saudara harus melengkapi mendengarkan Firman Tuhan untuk membuat pintar iman (spiritual). Lihatlah, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suaraKu dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku (Wahyu 3 : 20). Dengarkanlah Dia sekarang juga !

RENUNGAN WARTA JEMAAT GEREJA KRISTEN INDONESIA KARBELA / 041-2010
MINGGU 10 Oktober 2010


SELALU UCAPKAN TERIMA KASIH KEPADA KELUARGAMU !


Apakah Saudara pernah meminta pertolongan kepada anggota keluarga ? Pasti pernah ! Tidak ada manusia super yang mengerjakan segala sesuatu sendiri. Sedikit ataupun banyak, sering ataupun jarang, pasti Saudara pernah minta pertolongan kepada anggota keluarga : Suami kepada istri, juga sebaliknya. Anak kepada Orang Tua, juga sebaliknya, dll.

Nampak indah jika antar anggota keluarga saling menolong. Sudah seharusnya begitu. Saya katakan harus, pertama-tama karena tidak ada seorangpun yang bisa mengerjakan segala sesuatu sendiri. Lalu kebiasaan saling menolong dalam keluarga menggambarkan hubungan mesra antar anggotanya. Ada kasih yang nyata di dalamnya. Bukankah jika ada kemarahan/perselisihan antar anggota keluarga maka tidak mau menolong sesamanya? Rasul Paulus pernah berkata : Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu (Efesus 4 : 2B).

Setelah dalam kehidupan berkeluarga tercipta kebiasaan saling menolong, maka selanjutnya adalah saling mengucapkan "terima kasih." Terima kasih mau menolongku.....! Dengan terbiasa mengucapkan terima kasih kepada penolong, secara tidak langsung memuliakan Allah. Loh kok bisa hubungannya ke situ? Gini penjelasannya : Dengan mengucapkan terima kasih kepada orang lain, Saudara juga bersyukur atas kehidupan yang ada. Dengan mampu bersyukur, seseorang yakin akan pemeliharaan Allah atasnya. Bahwa Allah selalu memberi yang terbaik. Aku senantiasa mengucap syukur kepada Allahku karena kamu atas kasih karunia Allah yang dianugerahkanNya kepada kamu dalam Kristus Yesus (I Korintus 1 : 4)

Ucapan terima kasih memang diucapkan kepada sesama yang telah menolong Saudara. Di dalamnya terdapat unsur iman. Percaya bahwa Allah yang mendorong orang lain untuk menolong Saudara. Jadi ucapkanlah terima kasih kepada sesama dengan tulus.

Terima kasih sudah membaca tulisan saya.....

GME



Gereja Kristen Indonesia Karbela
Renungan Warta Jemaat Gereja Kristen Indonesia Karbela 10 Oktober 2010

RENUNGAN WARTA JEMAAT GEREJA KRISTEN INDONESIA / 040-2010
MINGGU 3 OKTOBER 2010


PERJAMUAN KUDUS
(Sebuah Konsep Mempertahankan Keutuhan Keluarga)



Perjamuan Kudus bukan semata menjadi rutinitas sehingga kehilangan makna utamanya. Bukan hanya soal makan roti dan minum anggur yang kelihatan itu. Juga tidak ada unsur magis pada roti dan anggur tersebut.

Makna yang utama dari Perjamuan Kudus adalah mengingatkan karya penyelamatan Kristus yang dilakukanNya di kayu salib. Dengan mengingat hal tersebut, perhatian umat diarahkan pada masa depan yaitu menanti kedatangan Kristus kembali untuk menggenapi kemuliaanNya. Apakah makna tersebut telah Saudara rasakan setiap kali merayakan Perjamuan Kudus?

Penghayatan akan makna Perjamuan Kudus tersebut membuktikan kasih Allah yang sempurna dalam memelihara umatNya. Ia yang awalnya memiliki inisiatif untuk menjaga keutuhan hubungan dengan umatNya. Manusia yang telah terpisah dari Allah karena dosa, dapat bersekutu denganNya karena Kristus telah menjadi jalan perdamaian. Kini umatNya disebut keluarga Allah. Sudahkah umatNya merespon dengan hidup dalam perdamaian dengan Allah dan sesama?

Jika Allah saja berkenan untuk menjaga hubungan baik dengan umatNya. Apakah umatNya (Saudara dan saya !) tidak malu ketika makan roti yang menjadi simbol tubuhNya dan minum anggur yang adalah simbol darahNya tidak menjaga hubungan baik dengan sesamanya?

Perjamuan Kudus yang kita rayakan sekarang, terlaksana pada bulan Oktober yang dipahami Gereja Kristen Indonesia (GKI) sebagai bulan keluarga. Maka biarlah dengan penghayatan akan makna Perjamuan Kudus tersebut menjadi pendorong yang kuat dalam mempertahankan keutuhan keluarga (Rumah Tangga) kita. Camkanlah perkataan Tuhan Yesus ini : Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seseorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabatKu, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu (Yohanes 15 : 13-14).

RENUNGAN WARTA JEMAAT GEREJA KRISTEN INDONESIA / 039-2010
MINGGU 26 SEPTEMBER 2010

BERSIKAP KRITIS TERHADAP HARTA KEKAYAAN


Dengan tegas, lugas, jelas dan tanpa tedeng aling-aling Yesus berkata : "Di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada !" (Lukas 12 : 34) Perkataannya ini dimaksudkan supaya murid-muridNya menempatkan harta benda (kekayaan) pada tempatnya yang tepat. Harta hanya menjadi sekedar sarana (alat) yang mendukung kehidupan. Harta bukan tujuan kehidupan !

Semua orang membutuhkan harta (uang, barang-barang, dll) untuk mendukung kehidupannya sendiri. Itu benar ! Namun jangan karena harta, Saudara mengorbankan kehidupan sendiri dan orang lain.

Pertama-tama Saudara harus belajar mencukupkan diri dengan apa yang ada. Inilah sikap iman. Percaya bahwa Ia, Sang pemeliahara kehidupan mengetahui kebutuhan umantNya. Paulus memberi kesaksian : Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimapahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. (Filipi 4 : 12 - 13)

Berikan tempat pada harta kekayaan sebagaimana seharusnya. Manusia yang menguasai harta. Bukan harta yang menguasai manusia. Bersyukurlah senantiasa !

Gme

Dari Warta Jemaat Gereja Kristen Indonesia Karbela Minggu, 26 September 2010

Gereja Kristen Indonesia Karbela
Warta Jemaat Gereja Kristen Indonesia Karbela 26 September 2010

RENUNGAN WARTA JEMAAT GEREJA KRISTEN INDONESIA / 034-210
MINGGU 22 AGUSTUS 2010




MEMIHAK KEPADA APA YANG TIDAK DAPAT DIGONCANGKAN

(SUATU UPAYA UNTUK MEWUJUDKAN ECCLESIA REFORMATA SEMPER REFORMANDA)




Gereja Kristen Indonesia (GKI),Gerejanya orang-orang tua karena Kebaktiannya hanya menggunakan lagu-lagu tempo dulu (NKB dan KJ). Kini ada juga kok lagu-lagu yang diciptakan relatif baru dalam Pelengkap Kidung Jemaat. Gereja Kristen Indonesia (GKI), Gereja yang kaku tidak dinamis karena berpaku pada aturan buku (Tata Gereja). GKI tidak efektif, karena segala sesuatu selalu harus diputuskan dalam Persidangan Jemaat (untuk aras jemaat setempat), Persidangan Majelis Klasis (untuk aras Klasis), Persidangan Sinode Wilayah (untuk aras Sinode Wilayah) dan Persidangan Majelis Sinode ( untuk aras Sinode GKI). Mungkin saudara bisa menambahkan pernyataan tadi yang mencoba untuk melemahkan dan merendahkan (membunuh karakter !) kiprah Pelayanan Gereja Kristen Indonesia (GKI). Apakah pernyataan tersebut benar? Orang-orang yang tidak mau melihat pergumulan sejarah Gereja Kristen Indonesia (GKI) selama 22 tahun pasti dengan mudah membenarkan pernyataan-pernyataan di atas. 22 tahun merupakan lamanya waktu sejak GKI Jawa Barat, GKI Jawa Tengah, dan GKI Jawa Timur memiliki semangat untuk bersatu. Inilah semangat Gereja untuk bersatu sebagai tubuh Kristus, tidak mudah dipecah-pecahkan !

Gereja Kristen Indonesia (GKI) menyadari dirinyabukan Gereja yang sempurna. Hanya Kristus Sang Kepala Gereja yang sempurna ! Maka Gereja Kristen Indonesia (GKI) telah memperbaharui dirinya, ECCLESIA REFORMATA SEMPER REFORMANDA, Gereja yang diperbaharui adalah Gereja yang terus memperbaharui dirinya. Sudah sejak dulu Gereja Kristen Indonesia (GKI) adalah Gereja yang memiliki semangat Reformasi. Ada semangat dan jiwa yang baru di situ ! Jadi tata aturan dan cara bergereja yang dimiliki Gereja Kristen Indonesia (GKI ) diarahkan dalam upaya memperbaharui dirinya. Damai sejahtera Allah (Shallom) dapat dirasakan dan Kerajaan Allah makin nyata di dunia ini. Aturan dan cara yang sudah menetap merupakan alat, bukan tujuan. Alat untuk mewujudkan tujuan (misi) Gereja, yaitu nyatanya damai sejahtera Allah.

Untuk mewujudkan misinya itulah Gereja Kristen Indonesia (GKI) memihak kepada yang tidak dapat digoncangkan, yaitu Kristus. Gereja Kristen Indoneisa (GKI) menghayati pimpinan Kristus bersama Gereja-Gereja Reformasi lainnya dengan cara menyanyikan lagu-lagu yang berpesan reformasi dan sudah dinyanyikan berabad-abad. Jadi lagu-lagu NKB dan KJ, lagunya boleh jadul alias jaman dulu, tapi semangatnya tetap baru. Untuk memahami kehendak Kristus dalam mengambil keputusan, Gereja Kristen Indonesia (GKI) menggumulinya bersama dalam rapat (persidangan). Di dalamnya hadir Tata Gereja yang merupakan hasil dari pergumulan bersama itu.

Karena semangat reformasi yang diusungnya, Gereja Kristen Indonesia (GKI) terbukti tidak mudah digoyah dan digoncang. Gereja Kristen Indonesia (GKI) ada di mana-mana ! 18 Klasis. 3 Sinode Wilayah Gereja Kristen Indonesia. Karya Pelayanan Gereja Kristen Indoneisa (GKI) dapat dirasakan bukan saja oleh anggota Jemaat dan Simpatisa, tapi juga masyarakat. Pelayanan kesehatan yang ada di tiap Jemaat. Kerja tim Gerakan Kemanusiaan Indonesia (disingkat tim GKI) yang berusaha menjangkau seluruh wilayah Indonesia manakala dibutuhkan. Di Papua, Nias, bahkan Aceh.

Gereja Kristen Indonesia, berusaha untuk menghadirkan Kristus di mana-mana. Di keluargamu. Di lingkungan rumahmu, di Negaramu Indonesia. Akhirnya, mari kita mengucapkan "Selamat Ulang Tahun Gereja Kristen Indonesia, teruskan Pelayananmu !

Gme

Dari Warta Jemaat Gereja Kristen Indonesia Karbela, Minggu 22 Agustus 2010, dalam rangka memperingati HUT Gereja Kristen Indonesia ke 22.

Gereja Kristen Indonesia Karbela
Warta Gereja Kristen Indonesia Karbela menyambut HUT Gereja Kristen Indonesia